Tugas Bahasa Indonesia 1 Ke 3 Membuat Undangan

Depok, 04 November 2011

No                : 013/UKPTI/ALH12/UG/11
Perihal       : Undangan Rapat
Lampiran   : –

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Dosen  Universitas Gunadarma
di-
tempat

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan akan diselanggarakannya acara seminar nasional yang akan dilaksankan di Univeristas Gunadarma dengan tema “Uni Kolaborasi Antara Perguruan Tinggi dan Industri Dalam Meningkatkan Daya Saing Lululusan”.

Maka dengan ini, kami mengundang seluruh Dosen Universitas Gunadarma, untuk hadir pada acara rapat yang akan membahas mengenai acara seminar nasional tersebut pada pokok surat undangan, acara rapat tersebut akan dilaksanakan pada:

Hari                  : Kamis
Tanggal           : 28 April 2011
Waktu             : 09.00 WIB
Tempat            : Auditorium UG gd 4 lt 6, Depok

Mengingat pentingnya acara tersebut, maka kami mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu hadir tepat pada waktunya.

Demikian surat undangan ini kami buat, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Subekti
(Ketua Panitia)

TI Indonesia Jadi Panutan

Indonesia dijadikan salah satu panutan dalam pemberdayaan masyarakat lewat teknologi informasi (TI). Indonesia adalah satu-satunya contoh dari Asia Pasifik. 

Demikian disampaikan penggiat TI Onno W Purbo, kepada detikINET, Sabtu (20/11/2010). Ia mengatakan, contoh dari Indonesia adalah satu-satunya yang mewakili Asia Pasifik dalam Journal Information Technologies & International Developments edisi khusus 2010. 

“Di sana dijelaskan strategi pemberdayaan masyarakat berbasis IT yang bersifat bottom up, tidak tergantung pada utangan dan pemerintah. Lebih banyak bertumpu pada pemandaian masyarakat dan wanita,” tutur pria yang akrab disapa Kang Onno itu. 

Dalam jurnal tersebut, Indonesia dimuat dalam sebuah tulisan bertajuk ‘The Foundation of Cultural Changes in Indonesia‘. Tulisan itu ditulis bersama Onno W Purbo dan Matthew Walton dari International Development Research Centre, Kanada. 

“Meski masih pada tahap awal, kisah Indonesia dan internet adalah hal yang berbeda dibandingkan negara lain di dunia. (Indonesia) didasarkan pada memiliki pengetahuan yang tepat, inovasi dengan solusi sederhana dan menciptakan keterbukaan,” sebut bagian kesimpulan dalam tulisan itu. 

“Lebih penting lagi, gerakan di Indonesia ini adalah soal memberdayakan masyarakat dengan pengetahuan dan alat-alat yang dibutuhkan untuk bisa mengakses peluang itu sendiri, daripada sekadar menunggu disuapi orang lain,” lanjut mereka.

Perkembangan TI di Indonesia cenderung meningkat pada saat ini, dari tulisan diatas saya berpendapat bahwa Indonesia dijadikan salah satu panutan dalam pemberdayaan masyarakat lewat teknologi informasi (TI) di Asia Pasifik karena bangsa ini sudah memberdayakan masyarakat dengan pengetahuan dan alat-alat yang dibutuhkan untuk bisa mengakses peluang itu sendiri, sehingga memiliki pengetahuan yang tepat dalam berinovasi dan menciptakan solusi sederhana dalam kehidupannya.

Sumber: detiknet

Mengenal LaTeX untuk Penulisan Artikel Ilmiah

Dalam dunia IT, paket Office yang berbasis WYSIWYG (What You See is What You Get) sudah menjadi standar industri dalam penggunaan di perkantoran, sekretariat, dan tata usaha. Microsoft Office, iWork, Libre Office dan Open Office adalah beberapa aplikasi standard untuk keperluan itu. 

Namun, dalam scientific writing, ternyata office WYSIWYG bukanlah satu-satunya opsi dalam menulis artikel ilmiah. Tersedia juga LaTeX untuk keperluan tersebut. 

Sesuai definisi di sini, LaTeX adalah bahasa markup atau sistem penyiapan dokumen untuk peranti lunak TeX. Lalu, untuk apa LaTeX ini? Apa perbedaannya dengan aplikasi Office? Mari kita simak!

Penggunaan LaTeX

Ini adalah bahasa pemrograman, bukan aplikasi WYSIWYG. Kode harus di-compile agar memproduksi dokumen. Hal ini tidak berbeda dengan bahasa lain seperti C++ dan Java. 

Format yang umum digunakan adalah Portable Document Format (PDF) dan Postscript. Jika sudah familiar dengan markup language seperti HTML, maka akan sangat mudah untuk memahami LaTeX. 

Contoh sederhana penggunaan LaTeX adalah seperti ini: 

\begin{abstract} 

\footnotesize The genomic inventory of protein domains is an important indicator of an organism’s regulatory and metabolic capabilities. Existing gene annotations, however, can be plagued by substantial ascertainment biases that make it….

\footnote{\small 4$^{th}$ German Conference on Bioinformatics 2012. Jena. September 19-22, 2012}

\end{abstract}

Penjelasannya, tag ‘\begin{abstract}’ menandakan dimulainya penulisan bagian abstrak, yang diakhiri oleh tag ‘\end{abstract}’. Sementara itu, ‘\footnotesize’ dan ‘\small’ adalah tag yang menandakan ukuran huruf dalam kalimat. 

Tag ‘\footnote’ berfungsi untuk memberikan catatan kaki pada tulisan tersebut. Demikian penjelasan singkat mengenai LaTeX.

Wah, jadi LaTeX tidak berbeda dengan bahasa pemrograman lain karena harus melakukan coding? Jadinya sukar digunakan dong? Ternyata tidak demikian, karena LaTeX dapat di-compile menggunakan front end berbasis GUI. Contohnya MacTex, yang biasa digunakan pada MacOSX. 

Sementara itu, MiKTeX dapat digunakan di platform Windows. Pada Linux, ada juga paket GNU TeXmacs untuk keperluan serupa. Dan jika kita sedikit saja melakukan googling, sangat banyak tersedia tutorial yang dapat membantu kita memahami LaTeX. 

Template untuk artikel ilmiah, disertasi, bahkan presentasi (beamer) juga tersedia, dan kita hanya melakukan sedikit penyesuaian sebelum di-compile. LaTeX juga didukung oleh komunitas yang kuat di berbagai milis, yang selalu siap membantu siapapun yang tertarik. 

Reference Manager LaTeX 

Nah, bagi yang terbiasa menggunakan aplikasi Office, kemungkinan pernah menggunakan Reference Manager (RefMan) seperti EndNote. Secara default, RefMan untuk LaTeX harus di-coding, dan di-compilejuga, sama seperti dokumen utama. 

BibTex adalah format standard untuk sitasi referensi dalam LaTex. Namun, kita tidak perlu khawatir untuk mengatur kode perintah, sebab sudah disediakan RefMan yang dapat membantu pekerjaan kita.

Beberapa RefMan yang umum digunakan untuk aplikasi Office, seperti Mendeley Desktop dan lainnya, dapat mengeksport citation ke dalam format BibTex. RefMan yang digunakan oleh penulis adalah JabRef, yang merupakan program Java, yang multiplatform. 

JabRef memiliki fitur automatic citation, yang memungkinkan kita melakukan pencarian otomatis terhadap sitasi di database PubMed/Medline. Sehingga, sitasi dapat secara otomatis disimpan dalam format BibTex. Rasanya, dengan banyaknya opsi untuk RefMan, seharusnya sitasi dapat diatur dengan mudah, sesuai dengan selera kita.

LaTeX & Rumus Matematika

Nah, di poin inilah, menurut banyak pendapat, keunggulan LaTeX terlihat nyata dibandingkan aplikasi Office. Walaupun aplikasi Office juga memiliki Equation Editor, banyak yang berpendapat bahwa bagaimanapun LaTeX lebih superior untuk menangani rumus matematika. 

Namun terlepas perdebatan mengenai superioritas masing-masing package, harus ditekankan bahwa Office dan LaTeX tidak seyogyanya dibandingkan secara apple to apple

Dalam bidang studi yang tidak memerlukan banyak penggunaan rumus matematika, mungkin aplikasi Office sudah cukup untuk membantu. Sementara, jika bidang studi kita bersinggungan dengan sains dan teknologi, terutama hard core computation, Fisika dan Matematika Teoritis, rasanya LaTeX yang dapat lebih banyak berperan di sini.

Lalu bagaimana membuat rumus dalam LaTeX? Caranya tidak lebih sama dengan yang disebut di atas, yaitu menggunakan tag dan simbol yang kemudian di-compile. Namun, apakah sukar menulis rumus di LaTeX? Ternyata tidak demikian, karena front end GUI juga tersedia untuk penulisan rumus matematika. 

Di MacOSX, untuk keperluan itu, tersedia LaTeXiT. Bahkan wikipedia menyediakan daftar lengkap mengenai rumus matematika LaTeX yang umum digunakan di sini. Tutorial dan Template rumus juga sangat banyak tersedia di web.

LaTeX Bukan untuk Menggusur Office

Sebenarnya, Office dan LaTeX tidak bersaing dalam pasar yang sama. Kedua package tersebut memilikiniche sendiri, walau tentu saja, Office memiliki niche yang jauh lebih besar. 

Submission artikel ke jurnal ilmiah umumnya juga diberikan opsi dalam format PDF. Tentu saja hal ini sangatwelcome jika di-compile dengan LaTeX, selama kita juga menyediakan source code dan file gambar kepada penerbit. 

Selain submission ke jurnal ilmiah, menulis skripsi/tesis/disertasi juga merupakan hal yang lumrah dilakukan dengan LaTeX. 

Penulis sendiri pernah menulis tugas akhir dan publikasi ilmiah dengan Office dan LaTeX, dan menemukan bahwa kedua package tersebut memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. 

Namun selama skill programming bukan masalah, LaTeX juga dapat dinikmati kemudahannya, seperti juga Office. Walaupun demikian, tidak ada masalah mana yang user lebih sukai. 

Dalam konteks akademis, pemilihan penggunaan Office dan LaTeX adalah murni adalah kebijakan dari Peer Group riset yang bersangkutan. Oleh karena itu, hal ini bisa berbeda antara satu institusi, dengan yang lain, dan tidak bisa digeneralisir. 

Sementara itu, di dunia bisnis/korporasi, tentu saja paket Microsoft Office merupakan standard de facto untuk aplikasi produktifitas.

Adapun jika pada akhirnya terpaksa juga Office dan LaTeX dibandingkan secara apple to apple, user akan untung juga. Aplikasi Office, seperti Libre, Neo dan Open Office, adalah aplikasi Open Source, sementara jelas LaTeX adalah Open Source. 

Pada akhirnya, ‘benchmarking’ antara LaTeX dan Office, jika diletakkan dalam kacamata Open Source, selalu akan menguntungkan komunitas yang menggunakannya.

Dari artikel diatas dapat ditarik kesimpulan ada kelebihan dan kekurangan dari teknologi yang dibuat manusia namun terlepas dari itu semuanya teknologi dibuat untuk mempermudah tugas dari manusia terutama dalam pembuatan tugas ilmiah atau penulisan lainnya. Sebenarnya, Office dan LaTeX tidak bersaing dalam pasar yang sama. Kedua package tersebut memilikiniche sendiri, walau tentu saja, Office memiliki niche yang jauh lebih besar.

Sumber: detiknet

Google, Bikin Kita Bodoh atau Tambah Pintar?

Hampir segala macam informasi bisa ditemukan dengan bantuan Google. Namun seorang ilmuwan khawatir, ketergantungan kita pada mesin pencari online itu bisa membuat generasi muda jadi bodoh.

Adalah ilmuwan asal Inggris bernama Trevor Bayliss yang menyuarakan kecemasan tersebut. Trevor terkenal dengan penemuan radio bertenaga engkol.

“Anak-anak harus diajari untuk mandiri, tidak bergantung dengan ponsel atau komputer. Mereka saat ini terlalu bergantung pada pencarian Google,” kata Trevor yang telah meraih gelar kebangsawanan “OBE” dari kerajaan Inggris ini.

“Banyak anak otaknya menjadi mati jika mereka terlalu bergantung ke internet, karena mereka tidak akan mampu melakukan sesuatu dengan cara lama,” tambahnya. 

Namun tidak semua setuju dengan pendapat Trevor. Dr David Wood dari Warwick University menilai bahwa internet dan Google sangat bermanfaat.

“Jauh dari kata bikin bodoh, dari sudut pandang saya justru berlawanan. Internet adalah alat dan sesuatu yang punya potensi fantastis untuk anak jika digunakan dengan benar,” ujarnya seperti detikINET kutip dariTelegraph, Kamis (27/12/2012).

Menurut saya Internet sangat bermanfaat untuk anak-anak apabila didampingi orang tua dalam penggunaannya, sebagai mesin pencari tentang segala hal dan bisa dimanfaatkan untuk proses pembelajaran, namun bila penggunaanya tidak ada bimbingan orang tua bisa merusak generasi muda karena bisa digunakan anak-anak hanya untuk bermain game yang dapat membuat generasi muda menjadi bodoh. Google sebagai salah satu mesin pencari banyak membantu masyarakat pengguna internet untuk menemukan apa saja yang mereka cari, kembali lagi kepada diri mereka sendiri bagaimana memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini.

Sumber : detiknet